Kamis, 16 Desember 2010

INILAH JALANKU (HAZIHI SABILI)

Katakanlah : Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yag nyata. Maha Suci Allah dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.

Ayat diatas terdapat dalam surat Yusuf ayat 108 termasuk golongan surat Makkiyah. Khitob ayatnya ditujukan kepada Nabi Muhammad saw setelah Allah swt menerangkan kisah Nabi Yusuf as, agar beliau mengambil pelajaran yang banyak sekaligus merupakan penghibur beliau dalam menjalankan tugas dakwahnya.

“Inilah jalanku” (inilah pendirian dan peganganku) merupakan kata pemisah yang sangat tegas dan jelas, jalan yang ditempuh Rasulullah sebagai garis batas antara Tauhid dan Syirik, garis pemisah antara yang haq dan yang batil, selama-lamanya tidak akan mungkin bersatu, walaupun saat itu posisi Rasulullah saw lemah dan pengikutnya masih sedikit sementara golongan kafir dan musyrikin menguasai masyarakat. Namun keteguhan prinsip ini tertanam dalam iman dan keyakinan dengan kerelaan menanggung segala konsekwensinya.

Keyakinan dan keteguhan inilah yang membentuk sikap hidup dengan dakwah menyeru kepada Dinullah sebagai jalannya. Jalan dakwah ini dipelopori oleh para Anbiya’ ‘alaihimus salam yang menyeru manusia kepada subul-as-Salam (jalan kebahagiaan), menunjukkan manusia kepada jalan yang lurus (sirat-al-Mustaqim), sehingga manusia menerima seruan Allah dan Rasul-N Dakwah berawal dari hati yang sadar bahwa inilah jalan yang harus ditempuh, yaitu untuk menyeru manusia kepada Allah sehingga mereka mengikuti jejak langkah Rasulullah SAW.

Jalan dakwah ini sebagaimana yang dipahami oleh Asysyahid Hasan al-Banna merupakan jalan yang sangat panjang dan berliku, dan tidak ada pilihan selain jalan ini yang dapat ditempuh untuk membangun kejayaan ummat.

Dakwah menuju jalan Allah ini merupakan tugas para rasul dan seluruh pengikut mereka (“aku dan orang-orang yang mengikutiku”}dengan tujuan untuk mengeluarkan manusia dari zulumat menuju nur (cahaya), dari kekufuran menuju keimanan, dari kemusyrikan menuju ketauhidan dari neraka menuju surgaNya. Aktivitas dakwah sebagai jalan yang harus ditempuh ini benar-benar berdasarkan hujjah yang nyata dan keyakinan yang benar.

‘ala bashirotin adalah hujjah, berupa ‘ilmu’ yang mesti dipersiapkan oleh pengikut ‘jalan ini’agar mereka mampu memberi penjelasan dan keterangan yang sejelas-jelasnya bagi orang-orang yang siap membantahnya dengan kebatilan.

Orang-orang yang mengikuti jalan dakwah ini senantiasa mensucikan Allah ‘Subhanallah’ dan dengan tegas menyatakan dengan sikap dan I’tiqad yang sungguh-sungguh bahwa mereka bukanlah orang-orang yang mensekutukanNya (‘dan aku tidaklah termasuk orang yang musyrik’).

Mustafa Masyur menjelaskan bahwa “jalan dakwah adalah jalan yang satu. Di atas jalan inilah Rasulullah saw dan para sahabat Baginda ra. berjalan. Demikian juga kita dan para pendukung dakwah berjalan dengan taufik dari Allah swt. Kita dan mereka berjalan berbekalkan dengan iman, amal, mahabbah (kasih sayang), dan ukhuwah (persaudaraan). Rasulullah saw menyeru mereka kepada iman dan amal, kemudian menyatupadukan hati-hati mereka di atas dasar cinta dan ukhuwah. Berpadulah kekuatan iman dan kekuatan aqidah dengan kekuatan persatuan. Jadilah jemaah mereka jemaah contoh teladan. Kalimahnya mesti lahir dan dakwahnya mesti menang walaupun ditentang oleh semua penghuni muka bumi ini"

Modal dasar untuk pencapaian tujuan dengan dakwah sebagai jalannya memerlukan 3 syarat sebagaimana Asysyahid Imam Hasan al-Banna katakan (berdasarkan ayat diatas):

1- Ana (hazihi sabili ana wa manittaba’ani), yaitu pemimpin

Dalam meniti dakwah ini memerlukan seorang pemimpin dan Nabi Muhammad saw merupakan penghulu para nabi sekaligus penutup masa kenabian yang merupakan pemimpin dakwah pertama bagi umat yang terakhir ini. Allah mengutusnya sebagai rahmat bagi segenap alam, membawa berita gembira dan ancaman, Ia adalah pemimpin dakwah menyeru kejalan Allah. Ia memulai dakwahnya dengan pemahaman kalimah “La ilaha Illallah, Muhammadur Rasulullah”.

Setelah beliau dakwah inipun memerlukan pemimpin- pemimpin lainnya sebagai penyambung risalah Muhammad saw yang kuat dan terpercaya yang dapat memimpin dan mengarahkan serta memberikan teladan kepada orang-orang yang menjadi pengikutnya, ia mesti memiliki kegigihan dalam memperjuangkan cita-cita, tidak mudah menyerah, tidak berputus asa dari mengharap pertolongan Allah, sekalipun dakwah itu memakan waktu yang panjang, ia mesti menghambil qudwah dari Muhammad saw dalam menghadapi tantangan hebat dari kaum kuffar.

2- Pendukung yang beriman/jamaah (wamanittaba’ani)

3- Manhaj yang benar (‘ala basshirotin)

Menyeru umat pada kalimat Tauhidullah tidak bisa dilakukan tanpa program dan tanpa manhaj yang jelas. Oleh karena itu untuk pekerjaan besar ini memerlukan manhaj yang terdapat dalam al-Quran, Sunnah dan hukum-hukum Islam.

Dalam ayat ini Allah s.w.t. memberi petunjuk kepada hamba-hambaNya bagaimana cara berda'wah mengajak manusia kembali kepada agama ang haq (benar). Orang yang berda'wah hendaknya mengerti dan mengetahui benar apa yang dida'wahkannya, serta yakin akan kebenarannya.
Hal ini merupakan syarat mutlak di dalam da'wah.

Dalam ayat ini tegas ditunjukkan bahwa da'i hendaknya menunjukkan dengan jelas arah yang seharusnya ditempuh oleh mad'u 'alaihi yang membawa kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

oleh da'i. Orang yang telah yakin akan kebenaran petunjuk itu, wajib mempertahankan keyakinannya untuk menyebarluaskan ajaran itu. Hal ini hanya dapat dilaksanakan oleh orang-orang yang mengerti, kaum ulama yang telah mendalami isi petunjuk itu.

Yang dimaksud dengan ulama, ialah orang-orang yang tidak keluar dari Alquran dan sunnah Rasul serta mengamalkan petunjuk itu.
Mereka inilah terutama yang wajib menyebarluaskan petunjuk itu, karena mereka telah dapat berjalan menurut petunjuk Allah.

Selanjutnya diperintahkan pula agar orang-orang yang mengajak pada jalan Allah menyatakan dengan tegas bahwa Allah Maha Suci dari
Syirik, tiada sekutu bagiNya. Hendaknya benar-benar bersikap dan ber itiqad mengEsakan Allah dengan menunjukkan dalil yang jelas. Perbuat
an seperti ini adalah jalan yang ditunjukkan para Rasul, dan para Rasul ini diutus untuk keperluan itu